Pukul 02.16. Masih seperti kemarin. Ketika seharusnya sinar Rembulan menerangi di kegelapan awan malam, awan kelabu Mendung justru datang menghampiri. Bukan suatu gumpalan yang besar. Hanya bulatan-bulatan kecil. Dalam jumlah yang banyak. Berarak dibawa oleh buaian Angin Malam. Bergerak menuju ke utara. Mungkin mereka ingin menuju Bintang Utara yang mencoba terus berkerlip di tengah kebekuan rasa Malam.
Dari dedaunan pepohonan terdengar suara. Merintik. Tetes-tetes air jatuh dari Langit Malam. Tetes Gerimis. Apakah Gerimis digerakkan oleh Sang Maha Cinta yang dikuasai kerinduan yang teramat sangat untuk menjumpai jiwa-jiwa terkasih yang keluar dari Ibu Pertiwi? Ataukah Gerimis keluar dari kelopak Sang Maha Cinta yang entah sedang meratapi apa. Suara tetes-tetes mereka yang menghantam lembaran-lembaran dedaunan dikirim oleh Angin Malam dengan suara yang meluruhkan jiwa yang kehilangan. Kiranya ada tarian bahagia menyambut dia yang berjalan digerakkan oleh Angin Malam.
Aku hanya duduk. Menatap sisa-sisa hujan di sore hari yang belum hilang ditelan oleh Tanah. Aku hanya duduk sambil memejamkan mata, membiarkan aroma hujan yang masih tersisa. Aku hanya duduk menikmati nyanyian dan tarian Malam.
Mungkin malam ini akan menjadi akhir dari kefanaanku. Aku tidak tahu, apakah aku masih dapat menjelang pagi. Biarkanlah aku menikmati Malam bersama Sang Maha Cinta.
Dari kejauhan, entah di mana, aku tidak mau memusingkannya, lagu lirih memasuki kedua telingaku.
Bila ketetapan Tuhan sudah ditetapkan, tetaplah sudah … tak ada yang bisa merubah dan takkan bisa berubah.*
[ LRJK | VII.MMX AD ]
* … dikutip dari lagu “Hadapi Dengan Senyuman” (ciptaan Ahmad Dhani) dalam album Dewa, “Laskar Cinta” (2004). Lagu ini juga yang mengiringi saya ketika mengunggah tulisan ini ... dan gerimis masih turun di luar sana ... :)
No comments:
Post a Comment