Aku menyusuri koridor itu. Entah, sampai di mana ujungnya. Aku telah menentukan pilihan dan menjalaninya sejak sebuah hembusan napas menyusup manis ke dalam kedua lubang hidungku.
Sebenarnya, itu bukan pilihanku yang sesungguhnya. Aku telah dipaksa memilihnya tanpa pertimbangan. Langkahku setelah napas dihembuskan adalah pilihanku yang sesungguhnya. Jika memang aku tidak suka, tentu aku akan berdiam. Namun aku memilih menggerakkan kaki dan melangkah menyusuri koridor kehidupan.
Aku ingin melihat, ... sampai di mana penyusuranku ...
No comments:
Post a Comment