"... jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
(Yohanes 20:27; © LAI 1974)
Tomas tidak bisa diyakinkan dengan kata-kata, bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Padahal berita kebangkitan Tuhan Yesus disampaikan oleh rekan-rekannya sendiri.
Memang ada baiknya untuk tidak percaya begitu saja terhadap setiap berita yang didengar. Dunia ini memang penuh dengan gosip. Sering kali kita terpaksa harus merepotkan diri untuk memilah, mana yang sebenarnya, mana yang sekedar bumbu penyedap cerita. Benang merahnya sama. Pasti kelihatan. Tapi kita jadi senewen karena bumbunya itu; macam masakan Padang yang kaya bumbu. Nyamm ...
Memang ada baiknya untuk tidak percaya begitu saja terhadap setiap berita yang didengar. Dunia ini memang penuh dengan gosip. Sering kali kita terpaksa harus merepotkan diri untuk memilah, mana yang sebenarnya, mana yang sekedar bumbu penyedap cerita. Benang merahnya sama. Pasti kelihatan. Tapi kita jadi senewen karena bumbunya itu; macam masakan Padang yang kaya bumbu. Nyamm ...
Namun tidak jarang kita hanyut dalam rasa percaya. Bahkan telan mentah-mentah. Telan bulat-bulat. Tidak peduli pada bumbu cerita lagi.
Lain halnya dengan cerita kebangkitan Tuhan Yesus. Cerita tersebut, yang didengar Tomas, adalah cerita yang harus diimani. Murni pada iman adanya. Tetapi Tomas tidak bisa menerima begitu saja sebelum mencucukkan tangannya ke bekas luka di tangan dan lambung Tuhan Yesus. Saya membayangkan itu adalah sesumbarnya. Hmm ...
Namun, apa yang terjadi delapan hari kemudian? Dia benar-benar harus mencucukkan tangannya. Lalu keluar ucapan ungkapan imannya. Lebih tepat lagi, pengakuan imannya. Diucapkan dengan spontan; "Ya Tuhanku dan Allahku."
Iman itu adalah keyakinan. Bukan percaya karena melihat, melainkan keyakinan yang muncul dari dalam diri. Sehingga, seperti kata Yesus; "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yohanes 20:29)
Gambar di atas dibuat dalam rangka Paskah. Sebenarnya ada gambar lain yang mengilhami saya menggambarnya. Saya hanya ingin mencoba me-manga-kan peristiwa pertemuan Tuhan Yesus dan Tomas itu. Namun saya juga dipengaruhi dengan gambar-gambar line art para seniman yang dikaryakan oleh gereja Ortodoks. Terlihat dari goresan garis-garisnya.
Gambar dibuat dengan menggunakan technical pen ukuran 0.1; 0.3; 0.5 dan 0.7. Ada juga marker, yang dijadikan garis tepi obyek.
Noli esse incredulous, sed fidelis
Noli esse incredulous, sed fidelis
Non mortui laudabunt Dominum.
No comments:
Post a Comment