"Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka ..." (Kejadian 9:1)
[1].
Kitab Kejadian 6-9 menceritakan tentang banjir besar yang dipakai oleh Tuhan untuk membersihkan dunia dari kejahatan manusia. Sebelum banjir itu datang, Tuhan memilih Nuh dan keluarganya untuk diselamatkan dari banjir tersebut.
Ada perjanjian yang dibuat oleh Tuhan dengan manusia. Tuhan berjanji tidak akan memusnahkan manusia dengan air bah lagi. Sebagai meterai perjanjian tersebut Tuhan meletakkan busur-Nya. Busur itu akan selalu muncul setelah hujan. Kita menamai busur itu sebagai pelangi.
Kisah Nuh dan banjir besar dalam kitab Kejadian sering kali dihubungkan dengan epik Gilgamesh yang dikenal di Mesopotamia dan sekitarnya. Bisa saja kedua cerita itu berhubungan, mengingat moyang bangsa Israel sendiri berasal dari Mesopotamia (Kej 11:31).
[2.]
Ada dua elemen penting dalam gambar ini.
Yang pertama adalah pelangi. Pelangi setelah hujan menjadi pemandangan indah dan menakjubkan bagi saya. Ketakjuban tersebut tidak menghilang setelah saya mengetahui bahwa kehadiran pelangi merupakan sebuah fenomena optikal yang terjadi akibat pantulan cahaya di atmosfir bumi. Dalam Alkitab asal-usul pelangi menjadi bagian dari kisah Nuh dalam Kejadian 6-9 dan memiliki makna teologis yang indah.
Yang kedua adalah awan. Sebenarnya, pelangi tidak mungkin tertutup oleh awan seperti yang terlihat di salah satu ujung garis pelangi. Dalam gambar ini awan dipakai sebagai gambaran kekuasaan dan kemuliaan Tuhan. Ada beberapa ayat yang menghubungkan kekuasaan dan kemuliaan Tuhan dengan awan (Kel. 13:21; Yes. 19:1; Rat. 2:1).
Elemen lain adalah asap dari mezbah korban bakaran. Walaupun bergerak dinamis, asap tersebut tetap mengarah "tegak lurus" ke atas, lambang dari tempat kemuliaan Tuhan. Sehingga "Tuhan mencium persembahan yang harum itu ..." (Kej. 8:20).
Non mortui laudabunt Dominum
- Persembahan dan Meterai Perjanjian; pen dan marker - Faber Castell (Multimark dan Pitt); di buku gambar kertas daur ulang.