As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

10 February 2014

Dibalik kengerian itu ada sukacita yang luar biasa ...


"Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (Wahyu 21:5)

Penglihatan yang dialami oleh Yohanes di pulau Patmos sering kali membawa kengerian. Bayangan tentang kehancuran begitu kuat dan sangat mencemaskan. Saya sendiri, ketika masih anak-anak, begitu ketakutan dengan gambaran akhir zaman yang diceritakan oleh Yohanes.

Jika kita membaca Wahyu sampai dengan pasal 21 dan 22, itu berarti bertahan untuk membaca segala gambaran kengeriannya sampai dengan Wahyu 20:15, kita akan berjumpa dengan berita sukacita. Kedua pasal ini yang sering dilupakan sehingga kita hanya melihat kitab Wahyu lebih pada gambaran kengeriannya.

Wahyu 21 memberikan gambaran tentang kemuliaan sorgawi yang dikaruniakan oleh Tuhan bagi setiap orang yang bertahan dalam iman setelah melewati segala masa-masa kengerian itu. Kemuliaan sorgawi itu digambarkan sebagai langit yang baru dan bumi yang baru. Lautan yang merupakan simbol kekacauan sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya damai sejahtera. Setiap orang yang bertahan dalam iman kepada Kristus akan mendapat penggenapan janji-Nya, memasuki kemuliaan Allah. Ini benar-benar merupakan berita sukacita.

Penyingkapan yang diceritakan oleh Yohanes ini seharusnya semakin menguatkan iman dan pengharapan kita pada Tuhan Yesus. Bukan saja kita dikuatkan, tetapi sungguh-sungguh bersukacita. Sehingga ketika melewati masa kengerian dengan derai air mata dan kesakitan, kita masih memiliki iman dan pengharapan yang dengan segera mengganti air mata dan kesakitan itu dengan sukacita.

Pegang saja janji itu, langit yang baru dan bumi yang baru. Semua baru di dalam Tuhan Allah, Sumber Kehidupan.

[2.]

Saya mencoba membayangkan kemuliaan sorgawi itu, yang dilambangkan dengan Yerusalem yang baru itu. Saya memilih dengan corak kesukaan saya, hitam putih dan sepenuhnya garis (line art).

Bagi saya, yang tidak mengalami penglihatan seperti Yohanes, Yerusalem yang baru itu hanya bayangan. Namun bukan sekedar bayangan yang akan segera lenyap dimakan waktu, melainkan bayangan yang sedang menuju penggenapan. Hitam putih dan garis-garis mengingatkan saya pada proses menuju penggenapan itu.

Dalam bayangan saya, seperti kesaksian Wahyu 21, kota yang bercahaya dan mulia itu, masih tertutup sepenuhnya oleh tembok-temboknya yang tinggi. Bila tiba saatnya nanti, terpujilah Tuhan, kita akan melihat isinya itu. Jadi hanya tembok yang dominan dan dasar kota itu yang terbuat dari 12 jenis permata yang saya gambarkan.

Kubah emas yang menjadi simbol Yerusalem tetap digambarkan. Dahulu kubah lazim digunakan sebagai bagian dari struktur bangunan-bangunan gereja. Pada masa kini kubah tidak lagi dianggap sebagai bagian dari struktur bangunan gereja. Malah di Indonesia kubah lebih mengingatkan pada bangunan ibadah non kristen. Dahulu kubah dianggap sebagai simbol kemuliaan Tuhan. Di beberapa tempat bangunan gereja kuno kubah dianggap sebagai gambaran sidang ilahi yang dipimpin oleh Tuhan Allah (bdk. Mzm. 82:1). Dalam Wahyu gambaran takhta ilahi tempat Anak Domba memerintah dan segenap makhluk surgawi yang mengelilingi takhta itu begitu kuat. Takhta inilah yang menjadi arah pengharapan umat.

Pertanyaan yang sempat muncul dalam proses penggambaran, adalah apakah dengan sepenuhnya cahaya, maka tidak ada lagi bayangan? Ya, namun dalam pemahaman di atas, proses penggenapan itu, saya memilih memberi bayangan, agar kesan kemuliaan itu lebih kuat. Ini kertas putih, butuh garis dan bidang hitam yang menegaskan kemuliaan yang bercahaya itu.

[3.]

Bacaan Alkitab pada hari Minggu, 9 Februari 2014 diambil dari Wahyu 21:1-8. Dalam ibadah Minggu itu umat diajak bersyukur atas 60 tahun pekerjaan pelayanan Lembaga Alkitab Indonesia yang telah menerbitkan Alkitab di Indonesia ini.

... non mortui laudabunt Dominum ...

No comments: