As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

01 February 2014

Makan atau tidak, ... pemahamannya bagaimana?


"Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu  sandungan bagi mereka yang lemah." (I Korintus 8:9)

[1.]

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh jemaat di Korintus adalah apakah makanan sesajian untuk para dewa dapat dimakan?

Bagi beberapa orang yang menyebut diri telah berpengetahuan, makanan tersebut dapat dimakan. Makanan itu tidak memiliki makna apa pun bagi mereka selain sebagai makanan saja; "kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan" (I Korintus 8:8). Namun bagi mereka yang masih lemah iman, makanan tersebut masih tetap dimaknai sebagai makanan sesajian. Mereka ini tidak bisa lepas dari tradisi atau kebiasaan. 

Masalahnya, ketika mereka yang lemah iman melihat orang yang berpengetahuan itu memakan sesajian tersebut, maka mereka seperti mendapat pengesahan untuk tetap makan tanpa harus melepaskan diri dari pemahaman yang seharusnya ditolak itu. Paulus mengistilahkannya dengan batu sandungan.

[2.]

Gagasan semula gambarnya adalah pertentangan antara makan atau tidak; antara menuruti pemahaman iman atau menuruti keinginan indrawi. Namun masalah sebenarnya dalam I Korintus 8:1-13 adalah masalah pemahaman iman yang kuat dengan kelemahan iman. Paulus melihat makanan sesajian ini memberi sandungan bagi yang lemah dan membawa kesombongan bagi yang merasa memiliki pengetahuan. 

Saya mendapat beberapa ide gambar; mulai dari gaya kartun sampai dengan model doodle. Pada akhirnya saya memilih gambar di atas yang merupakan campuran beberapa ide.

Pemuda ini gambaran dari orang-orang yang disebut Paulus berpengetahuan. Dia tidak memandang makanan di hadapannya sebagai makanan yang menjadi ritual apa pun. Dia menutup mata tentang makna yang ada di sekitar makanan itu. Dia melihat dengan mata terbuka sebagai makanan saja. 

Dia menutup mata kiri sebagai penolakan pemahaman. Ini berhubungan dengan fungsi otak kiri manusia yang berhubungan dengan logika dan penalaran. Mata kanannya yang terbuka menatap piring itu mengingatkan pada fungsi otak kanan yang mengapresiasi setiap kenikmatan.

Bagi pemuda ini pertentangan antara makan atau tidak makan sudah tidak ada lagi, karena dia telah merubah pemahamannya menurut imannya. 

[3.]

Saya menikmati proses menggambarnya. Lagu Van Halen, seperti Can't Stop Loving You dan Why Can't This Be Love membantu kenikmatannya bersama udara malam.

"You can change your mind, we can change the things we say and do anytime ..." (Van Halen; Can't Stop Loving You)



No comments: