"Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: 'Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.'" (II Raja-raja 2:21)
[1.]
Dahulu belum ada distribusi dan penjualan air bersih seperti yang kita nikmati sebagai minuman kemasan, penduduk kota atau desa benar-benar bergantung pada sumber air yang berada di sekitar mereka. Mereka akan mengambil air itu dan membawa ke rumah masing-masing untuk keperluan minum, makanan dan mandi mereka. Ketika sumber air itu mengering, penduduk desa akan mengalami kesengsaraan.
Dahulu belum ada distribusi dan penjualan air bersih seperti yang kita nikmati sebagai minuman kemasan, penduduk kota atau desa benar-benar bergantung pada sumber air yang berada di sekitar mereka. Mereka akan mengambil air itu dan membawa ke rumah masing-masing untuk keperluan minum, makanan dan mandi mereka. Ketika sumber air itu mengering, penduduk desa akan mengalami kesengsaraan.
Bagi penduduk kota Yeriko, kesengsaraan yang mereka terima bukan karena sumber air mereka kering, melainkan akibat yang dibawa oleh sumber air itu. Dalam bahasa sekarang, air itu sudah terkontaminasi. Alkitab tidak menyebutkan, apa yang membuat sumber air mereka berubah menjadi penyebab kematian dan keguguran. Padahal terlalu berat bagi mereka untuk mengambil air dari sungai Yordan yang jaraknya mencapai 10 km lebih itu untuk keperluan sehari-hari.
Kehadiran Elisa, nabi yang dianggap penerus nabi Elia, di Yeriko memberikan harapan kepada penduduk kota. Mereka mengadukan kesusahan mereka kepada Elisa; "Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi."
Elisa langsung bertindak. Dia meminta pinggan yang baru dan garam. Melalui garam dalam pinggan tersebut, sumber air penduduk Yerikho menjadi sehat kembali. Hanya dengan garam yang dilemparkan saja.
Rasanya, garam dan pinggan baru bisa ditemui di banyak rumah. Namun tidak ada yang berpikir untuk memakai keduanya. Garam biasa dipakai untuk menyedapkan masakan. Pinggan adalah wadah. Tetapi pinggan yang diminta oleh Elisa adalah pinggan yang khusus. Elisa meminta, dalam bahasa Ibrani, tselokhith. Kata ini berasal dari kata tsalakh yang berarti beruntung. Mungkin ini adalah pinggan yang diberikan untuk menghormati tamu yang berkunjung.
Tindakan yang sederhana itu diimani sebagai tindakan Tuhan yang menginginkan damai sejahtera bagi umat-Nya. Elisa hanya alat. Garam dan pinggan hanya alat. Yang bekerja memulihkan air itu adalah Tuhan; "Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, ..."
[2.]
Pada umumnya tokoh-tokoh Alkitab digambarkan dalam sosok yang menarik. Namun saya memiliki gambaran Elisa dalam sosok yang tidak biasa; bertubuh besar dan kepala yang botak. Saya memiliki alasan untuk penggambaran itu.
Elisa diceritakan berkepala botak. Kebotakannya itu menjadi cerita tersendiri yang mungkin tidak pernah diceritakan dalam Sekolah Minggu di banyak gereja. Cerita tentang kebotakannya dapat dijumpai di 2 Raja-raja 2:23-24.
Badan Elisa yang besar itu dibuat berdasarkan 1 Raja-raja 19:19. Elisa ditemukan oleh Elia ketika sedang membajak dengan 12 pasang lembu. Kita butuh tenaga yang kuat untuk mengarahkan lembu sebanyak itu.
No comments:
Post a Comment