As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

16 January 2014

Kembali menjadi warga sidi setelah menggarap Jedi ...


"May the Force be with us." (General Dodonna, 'Star Wars Episode IV: A New Hope', 1977)

[1.]

Jedi adalah organisasi fiktif yang bersifat spiritual dan monastik. Setiap anggota Jedi disiapkan untuk menjadi seorang prajurit Jedi (Jedi Knight, seperti Luke Skywalker dan Anakin Skywalker) melalui proses belajar sejak usia dini (Jedi Youngling dan Jedi Padawan). Seorang Jedi dituntut untuk melayani galaksi tempat tinggalnya dan melindunginya dari ketidakstabilan politik yang mengarah pada kehancuran. 

Jedi memahami bahwa ada kekuatan mistis yang mengatur alam semesta ini. Mereka menyebutnya 'The Force'. Kekuatan tersebut ada dalam diri mereka dan dapat dipelajari serta menolong mereka menggenapkan pelayanan mereka. Ketika menjalankan tugas pelayanan mereka dilengkapi dengan perlengkapan yang disebut lightsaber yang umumnya berwarna biru, atau bagi sebagian kecil berwarna hijau, kuning, malah ada yang ungu.

Ketika seorang Jedi tidak melakukan tugasnya, bahkan memilih sisi yang gelap, maka dia tidak lagi menjadi seorang Jedi yang baik. Dia dapat berubah menjadi seorang anggota Sith, organisasi lawannya Jedi; dari terang menjadi gelap.

[2.] 

Saya sebenarnya ingin mengisi waktu luang dengan menggambar tokoh Alkitab. Namun ketika garis-garisnya sudah muncul di kertas dan ingin menggambar genggaman tangan, saya berpikir tentang pedang; mendekati tokoh Perjanjian Lama. Tetapi yang jadi malah lightsaber. Sampai akhirnya saya membuat tulisan itu, 'Are You A Jedi?' Jadi lebih mengarah pada Obi Wan Kenobi.

Selama proses penebalan dengan pena dan marker (spidol), saya malah berpikir tentang panggilan pengutusan yang menjadi ciri khas warga sidi gereja, tempat pelaksanaan panggilan pengutusan yang kadang enak, kadang tidak enak atau sangat sulit. Ini malah memberi beberapa masukan dalam penyusunan renungan ibadah Minggu, 19 Januari 2014 yang akan datang.

[3.]

Saya bukan penganut Jediisme. Saya juga bukan penggemar Star Wars; apa lagi penggemar fanatik franchise itu. Saya hanya senang menonton 'Star Wars: A New Hope', karena Stella, sepupu saya. Namun saya akui, episode keempat itu lebih membekas dari pada lima episode yang lain. Saya hanya melihat, bahwa kadang-kadang sebuah film memiliki nilai-nilai teologis, walaupun pembuatnya tidak memaksudkan hal itu.

Saya melihat alegori Jedi itu; warga sidi, panggilan pengutusan untuk melayani dan bersaksi dalam lingkup persekutuan, menghadirkan damai sejahtera, terang dan gelap. Namun pada akhirnya; "Ah, itu cuma fantasi futuristik dari George Lucas ...."

Menurut saya, menjadi anggota sidi gereja lebih mantap dari pada menjadi anggota jedi. Kebetulan beberapa jam ke depan ada tugas mengajar calon anggota sidi jemaat; ada tugas menyampaikan materi katekisasi untuk para 'Jedi Padawan'.

[...]

(Kata sidi berasal dari kata Sansekerta siddhi, yang berarti pencapaian, kesempurnaan, penuh, genap. Tidak semua aliran gereja di Indonesia memakai istilah ini. Kata ini sendiri pun sudah tidak dipakai dalam percakapan sehari-hari.)

(Ide judul artikel blog ini adalah judul episode keenam; 'Star Wars: Return of The Jedi'.)


(LRJK; Januari 2014)


non mortui laudabunt Dominum

No comments: