As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

16 January 2014

Perempuan yang mengambil air pada jam dua belas siang



"Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air." (Yohanes 4:6-7)

[1.]

Daerah tempat perempuan ini tinggal, kota Sikhar di Samaria, adalah daerah berbukit yang nampaknya tidak mudah untuk mendapatkan air, sehingga tempat-tempat yang menjadi sumber air selalu ramai dikunjungi orang. Biasanya yang mengunjungi mata air adalah kaum perempuan, tidak sedikit juga laki-laki yang turut mengambil air. Mereka beramai-ramai mendatangi sumber air pada waktu pagi, sebelum matahari bersinar terik dan mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Jika matahari sudah bersinar panas, sulit bagi mereka untuk mengambil air di tempat yang jauh dari kota itu.

Perempuan ini memilih keluar pada saat matahari sedang panas-panasnya, jam dua belas siang. Bisa dipastikan, tidak ada orang di sumur Yakub yang menjadi sumber air di Sikhar. Kalau pun ada orang, maka jumlahnya tidak banyak. Mengapa dia keluar pada siang hari? 

Dalam pikiran saya, ketika membaca kutipan Alkitab di atas, wanita ini ingin menghindari orang banyak. Ada dua hal yang memungkinkan, mengapa orang ingin menghindari orang banyak.

Pertama; malu. Dia merasa malu dengan keadaannya. Kehadiran dirinya di tengah-tengah orang banyak membuat dia tidak merasa nyaman. Kita bisa memahami, jika dia memilih menghindar dari orang banyak. Begitu kuatnya rasa malu itu, sehingga dia lebih memilih berpanas-panas pergi jauh-jauh ke sumur untuk mengambil air. Saya membayangkan, mungkin pengambilan air tidak dilakukan hanya dengam sekali jalan pergi pulang.

Kedua; penolakan. Dia merasa ditolak oleh lingkungannya. Penolakan pun membuat dia tidak merasa nyaman. Kita dapat memahami, jika dia memilih mengambil air pada saat sedang panas. Itu jauh lebih nyaman.

[2.]

Ketika menuangkan nas Alkitab itu dalam gambar, saya menekankan beberapa hal.

Pertama; matahari dengan bias cahayanya untuk menekankan cuaca panas itu. Bukankah Yesus sendiri merasa letih, sehingga memilih beristirahat (Yohanes 4:6)? 

Kedua; kota Sikhar yang berada di atas bukit dengan jalan ke bawah yang berkelok-kelok. Saya akan berpikir berulang-ulang, jika harus membawa air ke atas dengan jalan yang seperti itu.

Ketiga; perempuan Samaria mengenakan pakaian penutup yang menyisakan sebagian wajahnya. Pakaian perempuan di daerah itu, bahkan sampai sekarang, memang kurang lebih seperti itu. Namun dalam gambar ini, saya membayangkan rasa malu dan penolakan pada dirinya membuat dia memakai pakaian yang demikian. Saya sulit membayangkan kenyamanannya, membawa air jauh-jauh di tengah-tengah panas matahari dengan pakaian yang demikian. 

Perempuan Samaria ini adalah simbol rasa malu dan penolakan. Perjumpaannya dengan Yesus memberikan kekuatan dan keberanian baginya untuk menghadapi kenyataan. Bahkan dia dimampukan untuk menghadapi penduduk Sikhar dan memberitakan kedatangan seorang yang 'mungkin' Kristus yang dijanjikan itu (Yohanes 4:28-30).

[3.]

Gereja dalam panggilan pelayanan dan kesaksiannya patut menjangkau orang-orang yang telah dipinggirkan oleh lingkungan, bukan turut meminggirkan mereka. Masih ada warga gereja yang meminggirkan orang-orang yang dianggap berdosa, tidak benar, musuh masyarakat. Sikap ini justru hanya membangun tirai pemisah yang menghambat kehadiran kasih Allah. Warga gereja tidak boleh bersikap seperti itu. Dasarnya adalah penerimaan Allah menurut kasih-Nya pada manusia yang dinampakkan dengan penerimaan Yesus pada perempuan Samaria ini.

[...]

(Gambar ini dibuat setelah membaca perikop untuk khotbah Minggu II sesudah Adven, 19 Januari 2014)

non mortui laudabunt Dominum

  • Perempuan yang mengambil air pada jam 12.00 siang; pen (Sharpie, Uni Pin) dan marker (Sharpie) di Moleskine®

No comments: