Send me the pillow that you dream on
so darling, I can dream on it too …
Lagu itu keluar dari speaker yang ada di atas meja komputer. Hank Locklin adalah penyanyinya. Jadul. Benar-benar jadul habis.
Pada malam seperti ini, bagi Dia, lagu itu akan menggerakkan otak kirinya dalam sebuah perasaaan yang mendalam. Di situ tersimpang berjuta benih imajinasinya. Dia mengingat kembali pada orang yang dikasihinya, yang dia yakini sedang tertidur lelap. Lelap selelap-lelapnya.
Tidak lama kemudian, hanya dalam sebuah kedipan mata, perasaan itu merujuk pada satu hal. Kerinduan. Di tengah kerinduannya dia ingin memeluk bantal yang sedang menggeletak membusungkan permukaannya. Memeluk dengan erat. Seerat-eratnya.
Di tempat lain, ada banyak bantal sedang tidak menjadi media untuk menyalurkan kerinduan. Mereka sedang menjadi media pelepas lelah setelah pemeluknya disibukkan berbagai aktifitas di sepanjang siang, bahkan mungkin hingga malam.
Sementara itu, bagi seorang anak lelaki manja yang sedang dalam pelarian, jangan harap dia akan menemukan bantal yang empuk bagi kepalanya untuk berbaring. Anak lelaki itu dikepung dengan kelelahan, kebingungan, kehilangan, ketakutan, entah apa lagi stow. Rasanya ketiganya itu yang lebih menonjol di setiap guratan wajah dan hembusan nafasnya.
Baru beberapa jam yang lalu dia mendapatkan ucapan berkat dari bapaknya. Sebenarnya itu bukan untuk dirinya. Seharusnya yang menerima ucapan berkat itu adalah kakak kembarnya. Sehingga dia pun harus menanggung akibatnya. Menjadi pelarian. Menghindar dari murka amarah kakaknya, yang adalah seorang pemburu yang hebat.
Ah, sudahlah. Semua sudah terjadi. Sekarang anak lelaki yang dimanja oleh ibunya itu berada di tengah kegelapan malam di tengah padang belantara. Dia ingin melepas lelah raga dan pikirannya. Bantal. Hanya sebuah bantal. Namun tidak ada.
Ya, sudahlah … batu pun diambil menjadi bantalnya.
Dari speaker lagu itu masih mengalun. Sangat syahdu di tengah malam yang dingin.
Each night while I’m sleeping on so lonely
I’ll share your love in dreams that once were true …
Bagi anak itu, Sang Pelarian, mimpinya akan indah sekali. Para malaikat akan turun dari sorga. Berjalan di atas tangga sorgawi yang ujung satunya menjejak di bumi. Tempat di mana anak itu berbaring. Selanjutnya, sebuah janji ilahi disampaikan.
Bagi Dia, mimpi diinginkannya malam ini hanyalah harapan-harapan dalam kehidupannya. Harapan yang lebih baik lagi dari kenyataan hidup sekarang. Walaupun Dia tahu, bahwa Dia tidak bisa mengaturnya demikian. Entahlah, mungkin Mimpi memiliki kehendak sendiri.
Tapi bukan itu yang ingin dipusingkannya malam ini. Cukup telinganya saja. Menikmati lagu itu.
Send me the pillow …
“Sesungguhnya
Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau,
ke mana pun engkau pergi, …
sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, ..."
(Kejadian 28:15)