Saya sedang tertarik melihat doodle. Ada rasa nikmat ketika melihat doodle-doodle di mesin pencariannya Google.
Sebenarnya doodle bukan hal baru bagi kita. Ketika kita sedang mengikuti pelajaran di kelas atau mengikuti pembinaan suatu instansi, lalu kita bosan mendengar kata-kata guru atau pembina, kadang-kadang kita mengusir kebosanan dengan mencoret-coret tepi buka teks atau lembaran makalah kita. Coretan-coretan di tepi buku atau lembar makalah itu disebut doodle.
Beberapa orang telah membuat doodle menjadi sebuah karya seni yang menarik. Doodle tidak lagi menjadi gambar gak jelas yang dibuat karena sedang bete. Doodle mulai digarap dengan serius, dibuat sambil dinikmati dan direnungkan.
Saya mencoba membuat doodle. Gagasan yang menjadi benang merah dari semua elemen itu adalah perlengkapan belajar. Bagi saya proses belajar yang berangkat dari pengenalan kepada Tuhan akan mengarahkan kita pada proses belajar yang menuntun tidak saja pada pengembangan kognisi kita, tetapi juga kedewasaan sikap kita dalam hidup.
Saya membuat doodle di buku catatan. Halaman di sebelah kiri saya tutup dengan Moleskine, bukan karena diarahkan demikian, tetapi karena isinya adalah hasil pertemuan di tempat kerja, notulen rapat. Dalam catatan rapat itu pun ada doodle-nya. Termasuk doodle dari tempat pelaksanaan pertemuan.
Pertama kali saya memuat gambar di atas adalah di blog Tumblr saya.
Non mortui laudabunt Dominum
- Doodle - Belajar; marker Sharpie.