"Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, ...." (Mazmur 119:2)
[1.]
Benarkah setiap orang yang memegang peringatan-peringatan Tuhan dan hidup dalam firman-Nya, hidup senang dan bahagia? Yang terjadi justru sebaliknya. Susah, menderita, malah dalam keadaan tertentu sapu tangan kita benar-benar basah oleh air mata.
Benarkah setiap orang yang memegang peringatan-peringatan Tuhan dan hidup dalam firman-Nya, hidup senang dan bahagia? Yang terjadi justru sebaliknya. Susah, menderita, malah dalam keadaan tertentu sapu tangan kita benar-benar basah oleh air mata.
Kutipan di atas, demikian juga sebagian khotbah Yesus di bukit (Matius 5:3-12), sering dipahami bahwa mengikuti perintah Tuhan pasti akan bahagia. Padahal kenyataannya ternyata tidak demikian. Tuhan Yesus sendiri harus menderita bahkan sampai mati di kayu salib karena ketaatan-Nya menggenapkan rencana keselamatan Bapa.
'Berbahagialah' merupakan seruan, perintah, bukan sebuah akibat dari sebuah kondisi. Kepada setiap orang yang berpegang pada Firman Tuhan diserukan untuk berbahagia.
Kebahagiaan itu sebenarnya telah ada. Setiap orang tinggal mendapatkannya dengan cara mengimani.
Ukuran yang disebut bahagia itu tidak sama dengan kesenangan yang kita nikmati di dunia. Bagi pemazmur, kebahagiaan itu terdapat dalam hubungan yang erat dengan Tuhan. Ada sukacita yang menantikan kita pada akhir kehidupan kita.
Mengukur kebahagiaan dengan kesenangan duniawi malah membawa kita pada hedonisme. Sayangnya, banyak warga gereja yang beranggapan bahwa diberkati dan berbahagia itu kalau tidak sakit, punya uang dan pekerjaan, tidak susah, sukses. Lah, bagaimana kalau Tuhan memang menginginkan penderitaan itu tetap ada seperti yang dialami oleh pemazmur atau Ayub dari Us? Bagaimana kalau berkat yang membahagiakan itu adalah kebersamaan dengan Tuhan ketika mengalami masalah?
Karena kebahagiaan itu sudah tersedia, namun belum dirasakan pada saat ini, kenapa kita tidak mengimaninya dan merasakannya sekarang ini juga? Jadi, diserukan kepada kita semua, "berbahagialah." Jika sedang menderita, berbahagialah!
Dengan demikian seruan itu telah menjadi ajakan bagi setiap orang.
Dengan demikian seruan itu telah menjadi ajakan bagi setiap orang.
[2.]
Gambar di atas tidak bisa dipisahkan dari Mazmur 119:105; "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."
Seseorang berjalan di antara batu-batu sambil menggenggam gulungan kertas yang menyala. Ada awan tebal di sekitarnya. Saya sering menggambarkan kehadiran Tuhan dengan awan. Dalam kehadiran-Nya sosok itu dimampukan untuk melewati rintangan, yaitu batu-batu yang ada di sekitarnya. Gulungan kertas itu menggambarkan Firman Tuhan. Dia menggenggam Firman itu ketika melewati jalan berbatu itu.
Ketika membuat wajahnya saya tidak memikirkan siapa dia. Namun ketika membuat tatanan rambutnya, saya teringat karakter Tom Hanson dalam serial jadul 21 Jump Street.
Saya sempat salah menyalin kutipan ayat. Semula saya menghitamkan yang salah itu. Tapi saya merasa penghitaman itu tidak enak dilihat. Jadi saya menempel dengan potongan kertas saja.
non mortui laudabunt Dominum