As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

18 August 2010

Satu pertemuan untuk seterusnya ...

Tingkap langit biru menjadi saksi pertemuan kita. Di balik gerbang besi itu terdapat beberapa bangunan. Dinding-dinding mereka menggemakan kesunyian yang menempuh waktu yang panjang. Dengarkan saja gema kesunyian itu. Dengarkan saja dengan hatimu. Dari balik gerbang besi itu kita menorehkan enam tahun kita.

Didampingi batang-batang kelapa tegar, yang kini telah ditebang habis oleh usia, kita menimba dari sumur pengetahuan yang dalam. Di atas hamparan rumput hijau kita menjalin jejaring persahabatan. Pertemanan. Heh! Juga permusuhan yang disapu oleh waktu. Semua memiliki ceritanya masing-masing, terukir dalam hatiku, hatimu dan hatinya.
Ada juga mereka. Di setiap bangunan mereka membagi diri. Satu demi satu. Mereka memasuki ruangan masing-masing. Masing-masing kita berada di ruangan itu. Beberapa dari mereka dipenuhi oleh idealisme. Beberapa lagi tetap dalam ketegaran hati. Sekalipun jiwa pesimisme tidak berhenti merampas idealisme mereka. Namun sebuah benang merah mengikat hati mereka semua. Benang merah itu disingkapkan dalam setiap kehadiran kita. Kita dan benang merah itu menjadi kekuatan ilahi yang tersisa bagi mereka.
 Sekalipun kita bukan lagi yang dulu. Namun tingkap langit biru masih menjadi saksi kita. Sengat panas matahari akan selalu mengingatkan kita pada sejarah di balik gerbang itu. Derai hujan pun akan mengingatkan kita pada sumur pengetahuan itu.

Sekali bertemu untuk seterusnya. Seterusnya. Langit akan selalu mengingatkan kita. Satu pertemuan untuk seterusnya. Hanya satu pertemuan saja …

Alumnus SD Xaverius Pahoman 1985 | Foro: Danny Sastra dan Lyna Marzukie