As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

18 September 2014

Sudah panik, takut, 'nggak ngerti, degil lagi ...


"... mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil."
(Markus 6:52)

[1.]

Angin sakal adalah angin yang bertiup dari arah depan atau haluan kapal. Akibatnya kapal tidak bisa melaju dengan mudah. Keadaan ini menyulitkan setiap kapal mencapai tujuannya, terlebih pada masa ketika laju kapal sangat mengandalkan angin yang meniup layarnya.

Murid-murid berhadapan dengan angin sakal ketika mengarahkan kapalnya di tengah danau Galilea. Setelah Yesus memberikan makanan kepada lebih dari 5000 orang di Tabgha pada sore menjelang malam, Yesus menyuruh murid-murid-Nya pergi menyeberangi danau Galilea menuju Genesaret. Angin sakal yang dihadapi murid-murid-Nya menyebabkan perahu masih tetap di tengah danau hingga jam 3 dini hari.

Yesus menghampiri mereka dengan cara yang tidak biasa, berjalan di atas air. Karena cara-Nya tersebut, murid-murid tidak mengenali Yesus. Mereka cenderung melihatnya sebagai hantu. Sehingga, saya membayangkan, ada kepanikan dan ketakutan di dalam perahu; mereka berteriak-teriak.

Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya, menenangkan mereka. Lalu mendatangi perahu dan naik ke dalamnya. Namun itu pun belum bisa menenangkan murid-murid sepenuhnya; "mereka sangat tercengang dan bingung". Murid-murid masih diliputi takut, lalu tercengang dan bingung. Silakan bayangkan campur aduk ketiga perasaan itu. Perasaan-perasaan yang tercampur aduk itu terjadi karena mereka belum mengerti tentang Yesus dan hati mereka tetap degil.

[2.]

Saya membayangkan tentang campur aduk perasaan murid-murid Yesus. Mereka, dua belas orang itu, benar-benar merasa sendiri dan tidak berdaya di atas kapal yang diombang-ambingkan angin sakal. Gelora air danau terlihat seperti monster yang menganga menyambut kedatangan perahu yang sedang berisi orang-orang yang sudah kecapaian dan kehilangan harapan, tidak memiliki arah tujuan.

Dalam keadaan yang sulit itu, murid-murid sulit melihat kehadiran Tuhan yang bersama-sama mereka dan bahkan bersedia berjuang bersama mereka.

Akhirnya, Tuhan Yesus pun tambah pekerjaan, harus menenangkan mereka; "Jangan takut!"

Non mortui laudabunt te Domine