As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

03 March 2013

Yunus dan Pohon Jarak yang Layu



Cerita tentang Nabi Yunus cukup dikenal oleh warga gereja. Biasanya yang diingat dari cerita ini adalah Yunus di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam.

Dalam cerita Yunus kita berjumpa dengan gagasan tentang kasih Tuhan bagi seluruh bangsa. Keengganan Yunus untuk pergi ke kota Niniwe bertolak dari pemahaman Yunus, bahwa kasih Tuhan adalah untuk bangsanya sendiri, Israel. Akibatnya dia sulit untuk menerima, bahwa kasih Tuhan berlaku untuk semua bangsa. Daripada pergi ke arah timur, ke Niniwe (sekarang Mosul, Irak), Yunus lari ke arah barat ujung dunia, Tarshish (mungkin di sekitar Spanyol).


Saya membayangkan kejengkelan Yunus, ketika seluruh warga kota itu bertobat dan Tuhan tidak menjatuhkan hukuman-Nya bagi Niniwe.

Teguran Tuhan atas sikap Yunus tersebut disampaikan melalui pohon jarak yang tumbuh dan kemudian layu karena kedatangan seekor ulat. Jika Yunus sayang pada pohon jarak itu, kenapa tidak Tuhan menyayangi kota besar yang penduduknya belum bisa 'membedakan tangan kanan dari tangan kiri?



Non mortui laudabunt Dominum