As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

31 October 2013

Anak perempuan bertaring memetik beberapa bunga


[1.]

Setiap tanggal 31 Oktober di beberapa tempat di dunia ini dilaksanakan perayaan Halloween atau All Hallow's Evening yang dapat dikaitkan dengan beberapa perayaan pagan. Klik di sini.

Orang-orang, terutama anak-anak, berpakaian yang menggambarkan kematian dan kengerian. Nenek sihir, Jack O'Lantern, Dracula, Frankenstein sampai ke Mike Myer dan Ghostface-nya Scream mulai berseliweran di jalan-jalan dan mengetuk pintu sambil membawa kantong yang diisi dengan permen. 

Bagi saya, peringatan 31 Oktober tidak pada Halloween-nya - yang memang bukan hari raya di Indonesia -, melainkan lebih mengingatkan saya pada dua hal; 

Pertama, mengingatkan pada tindakan Marthin Luther yang menempelkan ke-95 dalilnya di pintu gereja Wittenberg pada tahun 1517. Kita merayakan sebagai Hari Reformasi. 

Kedua, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat menjadi gereja yang mandiri dalam Gereja Protestan Indonesia pada tahun 1948.

[2.]

Gambar di atas dibuat sekitar bulan Juli 2013. Saya lupa, kenapa saya memasang gigi yang demikian, selain dari ingin menampilkan sesuatu yang berbeda saja. 

Non mortui laudabunt Dominum

25 October 2013

Yitro menasihati Musa


“Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau ...”  (Keluaran 18:19)

[1.]

Memimpin sejumlah besar orang tidak mudah. Musa mengalami repotnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Dalam kepemimpinannya, Musa dituntut untuk mengajarkan hukum Taurat dan menjadi hakim bagi bangsa Israel.

Pertemuan Yitro dan Musa tidak hanya merupakan wujud kerinduan pertemuan keluarga. Dalam pertemuan itu Yitro memberikan nasihat dan masukan yang membantu Musa dalam menunaikan panggilannya sebagai pemimpin bangsa Israel.

Menurut Yitro, kepemimpinan Musa yang hanya seorang diri tidak efisien. Yitro menasihati Musa agar memilih beberapa orang yang dapat dipercaya untuk menjadi wakil Musa.

Saya tidak tahu, bagaimana pengenalan dan pemahaman Yitro terhadap Tuhan Allah yang telah mengenalkan diri pada Musa. Namun dia memiliki keyakinan, bahwa Tuhan yang telah mengenalkan diri pada Musa itu akan menyertai Musa dalam tugas kepemimpinannya.

Saya kira keimanan Yitro kepada Tuhan terjadi setelah menyaksikan tindakan-tindakan Tuhan  dalam perjalanan Israel. Sehingga ketika ia memberikan nasihat kepada Musa berdasarkan imannya yang 'baru saja' dibaharui tersebut, saya melihat situasi yang menarik;
'yang baru mengarahkan yang lama'.

[2.]

Saya menggunakan bagan untuk menjelaskan usulan Yitro. Dalam bagan itu garis kepemimpinan itu mengarah pada Musa sebagai pemimpin yang telah ditunjuk oleh Tuhan.

Secara keseluruhan gambar di atas cenderung berbentuk vinyet. Menggambar vinyet kerap kali mengundang kita untuk menambahkan elemen-elemen yang mengisi ruang kosong dan saling menyatu.

Non mortui laudabunt Dominum
  • Jethro advises Moses; pena (Uni Pin, Faber Castell, Sharpie) di kertas Windsor & Newton A4. 




20 October 2013

Dari mendengar hingga percaya ...



“Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah perhatian kepada pengetahuanku. Karena menyimpannya dalam hati akan menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu.”  (Amsal 22:17-18)

[1.]

Memercayakan hidup pada Tuhan merupakan respon atas iman kepada Tuhan. Keimanan itu muncul dari pengenalan. Proses pengenalan itu sendiri dapat terjadi melalui pengajaran yang disampaikan kepada yang bersangkutan.

Pengajaran yang telah diterima, bila diperhatikan dan direnungkan, akan membawa kesenangan tersendiri. Bagi saya kesenangan itu adalah kebahagiaan surgawi yang menjadi akhir perjalanan iman kita.

[2.]

Memercayakan diri berarti penyerahan diri dalam kekuasaan Tuhan. Saya membayangkan seseorang yang sedang berbaring  di atas awan kemuliaan Tuhan sebagai tanda penyerahan itu.

Amsal 22:17,18 menggambarkan telinga sebagai tempat masuk pengajaran dan hati adalah tempat pengajaran itu bersarang. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata 'labe' yang berarti 'hati'. Pengajaran itu menjadi perhatian; per-'hati'-an, merujuk pada keadaan yang telah di-'hati'-kan. Dari hati pengajaran itu berlanjut lagi dalam kehidupan kita.

Kitab Amsal memberikan kesaksian bahwa sikap kita pada Tuhan yang diwarnai dengan rasa hormat menjadi sarana kehadiran pengetahuan itu (lih. Amsal 1:7). Itu sebabnya saya menggambarkan awan - yang sering dipakai sebagai simbol kehadiran Tuhan - sebagai asal aliran pengetahuan yang murni.

Dalam proses dari pendengaran hingga menjadi perbuatan ada tuntunan Roh Kudus - yang dilambangkan dengan burung merpati. Ada keluwesan dalam tuntunan Roh Kudus. Roh Kudus dapat menuntun dengan cara apa pun yang dikehendaki Tuhan Allah. Saya menggambarkan dengan manuver terbang merpati yang tidak lazim itu.

Non mortui laudabunt Dominum

  • Dengar, perhatian, percaya, ...; Uni Pen dan Sharpie di kertas Windsor & Newton A4, Photoshop CS5

12 October 2013

Seluruh perbedaan dijalin menjadi sebuah keselarasan



"Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, ..." (Filipi 2:1-2; Alkitab TB)

Tema renungan dalam ibadah Minggu XXI sesudah Pentakosta di jemaat-jemaat GPIB adalah "Kesatuan dalam Perbedaan". Bacaan Alkitab untuk renungan tersebut diambil dari Filipi 2:1-7.

Saya membayangkan kesatuan itu seperti jalinan rambut. Rambut yang semula acak menjadi rapi. Bahkan makna jalinan itu tidak hanya merapikan saja, tapi juga semakin menguatkan rambut itu sendiri.

Gereja merupakan persekutuan orang percaya. Dalam tubuh Gereja terdapat berbagai perbedaan yang berhubungan dengan orang percaya itu sendiri. Ada perbedaan karakter, pemahaman, gender, pola hidup, status sosial. Daftar masih bisa lebih panjang, jika kita mencari perbedaan yang lain lagi.

Namun perbedaan itu telah disatukan dalam  ikatan kasih Kristus yang telah menyelamatkan setiap orang beriman. Perbedaan yang semula memiliki kecenderungan memicu perpecahan dapat beralih menjadi warna-warni yang membuat hidup itu indah.


Saya menuangkan pemahaman di atas dalam bentuk gambar. Ada beberapa elemen yang penting dalam gambar itu yang berangkat dari pemahaman saya; awan, jalinan rambut, ombak, perahu, merpati yang membawa ranting daun zaitun, lingkaran ketidakteraturan, asap. Semua elemen itu menyimbolkan kekacauan dan keteraturan.

Non mortui laudabunt Dominum

02 October 2013

Menikmati yang ini justru karena yang kebalikannya itu ...


Siapa yang mau menderita? Tidak ada yang mau. 

Siapa yang mau bahagia? Semua mau. Tidak ada yang tidak mau.

Namun pertanyaannya sekarang, siapa yang dapat merasakan kebahagiaan tanpa melewati penderitaan? Bukankah sukacita dan kebahagiaan dapat dirasakan setelah kita melewati dan memenangkan penderitaan?

Non mortui laudabunt Dominum.

Faith. Tiba-tiba ide muncul ...


"I can feel the magic floating in the air. Being with you gets me that way."  
(Faith Hill; Breathe, 1999)

Jika ada orang yang bernama Faith, saya cenderung memikirkan Faith Hill, penyanyi country Amerika yang melagukan "Breathe". Ternyata nama itu pun saya jumpai juga dalam pelayanan di Gratia Bekasi.

Pada hari Minggu, 29 September 2013 lalu, Dr. David Tumampas menghubungi saya. Keluarganya akan mengadakan ibadah syukur untuk puteri mereka yang akan genap berusia 2 tahun. Namanya Faith.

Maya menyarankan, walaupun hanya diminta doa, sebaiknya tetap disiapkan saja lembaran tata ibadahnya sebagaimana biasanya. Ketika lembaran tata ibadah itu selesai, saya membuat doodle di sekitarnya. 

Nama Faith, yang berarti iman, memberi gambaran pada saya tentang yang seharusnya dipahami oleh setiap orang beriman. Pemahaman itu menjadi elemen dalam gambar yang mengitari muatan unsur dalam ibadah tersebut.

Elemen yang saya munculkan adalah ombak, perahu dan burung merpati dengan daun di paruhnya yang memiliki makna yang sama dengan simbol Minggu-minggu sesudah Pentakosta seperti yang diberlakukan di jemaat-jemaat GPIB. 

Saya sengaja membuat orang itu tersenyum di atas perahu yang diangkat oleh ombak. Saya membayangkan para peselancar menikmati ombak sebagai sahabatnya. Seharusnya bagi setiap orang beriman, pergumulan adalah sahabat yang membantu menguatkan iman itu sendiri. Bagaimana kita mengetahui, bahwa iman kita kuat, jika tidak menghadapi pencobaan?

Elemen yang lain adalah buah anggur. Orang yang menyatakan iman dengan sungguh-sungguh dalam hidupnya, akan menghasilkan buah, menjadi berkat Tuhan bagi kehidupan di sekitarnya.

Elemen-elemen lain lagi yang saya tambahkan adalah awan, domba, bunga-bunga dan daun-daun.