As for man, his days are as grass: as a flower of the field, so he flourisheth.
For the wind passeth over it, and it is gone; and the place thereof shall know it no more.

Psalms 103:15-16; KJV

22 April 2011

Satu lagi misteri dalam peringatan Kamis Putih


"Ya Bapa-Ku, 
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, 
tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, 
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." 

(Matius 26:39; © LAI 1974)


Salah satu peristiwa yang sangat penting pada malam sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib adalah Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani. Dalam peristiwa itu Tuhan Yesus menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya yang memiliki kecenderungan untuk menolak penderitaan yang akan dihadapi-Nya. Namun, oleh karena rencana penyelamatan manusia harus terlaksana, maka Tuhan Yesus mengakhiri doa-Nya dengan kata-kata “Jadilah kehendak-Mu” kepada Bapa-Nya.

Gambar di atas dibuat di atas kertas bekas. Kertas itu sebenarnya adalah lembaran halaman dari Program Kegiatan dan Anggaran Jemaat yang memiliki kesalahan penulisan. Karena sedang ingin menggambar sketsa dan ada lembaran kertas yang sisi satunya masih kosong, maka saya menggambar momen di atas. Tentu saja dengan interpretasi saya sendiri.

Saya menggambar bulan, karena Paskah Yahudi terjadi di sekitar bulan purnama. Namun gambar bulan purnama itu juga mengingatkan kita semua bahwa kunci yang menyempurnakan penyelamatan manusia terdapat pada Yesus.

Lalu ada juga seekor kelelawar. Seperti gambar lelucon. Tidak juga. Binatang yang satu ini sering dihubungkan dengan suasana yang menyeramkan. Memang sungguh menyeramkan saat yang sedang dihadapi oleh Tuhan Yesus, jika diukur dari pandangan kita. Ada yang mau membiarkan dirinya berjalan secara langsung kepada kematian? Lebih banyak yang lebih memilih tidak mengacungkan tangannya.

Seluruh pemikiran saya tentang saat-saat di tempat yang dicatat dalam Matius 26:36 bernama Getsemani itu, saya wujudkan dengan menggunakan sebuah pena. Kalau tidak salah, Pilot Ball Liner™. Saya tidak membuat dari sketsa pensil. Karena saya pikir ini merupakan sketsa yang akan dituangkan dalam bentuk yang lebih baik lagi. Namun hingga saya mengunggahnya, saya belum mewujudkannya.

Apakah sulit bagi seseorang untuk menyempurnakan sesuatu? Rasanya tidak. Salah satu penyebabnya adalah kurang kemauan saja.

"… mi Pater, … non sicut ego volo sed sicut tu."

Non mortui laudabunt Dominum.

No comments: